KEMISKINAN DI INDONESIA
Fenomena dan Fakta
Oleh :
HASTUTI
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah/negara
indonesia adalah kemiskinan, Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidak
mampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian ,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Dewasa ini pemerintah belum mampu menghadapi atau
menyelesaikan permasalahan tersebut, padahal setiap mereka yang memimpin Negara ini selalu membawa kemiskinan sebagai
misi utama mereka disamping misi-misi yang lain..
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh
kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Selain itu
faktor mendasar juga yang menyebabkan terjadinya kemiskinan yaitu SDM, SDA, Sistem, dan juga tidak terlepas dari
sosok pemimpin, sehingga dimensi tersebut sangat berkaitan antara satu dengan
yang lainnya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin Indonesia per
September 2014 sebanyak 27,73 juta jiwa atau 10,96 persen dari total penduduk
Indonesia. Angka ini lebih rendah dibandingkan Maret 2014 yang mencapai 28,60
juta jiwa atau 11,25. Kepala BPS Suryamin mengatakan, catatan mengenai penurunan
jumlah penduduk miskin Indonesia ini terjadi sebelum ada kebijakan pemerintah
mengenai penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Suryamin mengatakan, jumlah penduduk
miskin terbanyak berada di daerah perdesaan yaitu 17,37 juta orang atau 13,76
persen, sedangkan jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan tercatat sebanyak
10,36 juta orang atau 8,16 persen.
BPS mencatatkan garis kemiskinan selama Maret dan September
2014 naik 3,17% dari sebelumnya Rp 302.735 per kapita per bulan pada Maret 2014
menjadi Rp 312.328 per kapita per bulan pada September 2014. Adapun peranan komoditi
makanan jauh lebih besar dibandingkan komoditi non makanan.
Berbagai komoditas yang berperan besar dalam kemiskinan pada
September 2014, yakni beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam
ras, mie instan, gula pasir, tempe, tahu, bawang merah, perumahan, listrik,
bensin, pendidikan, dan pakaian jadi anak-anak
Pengamat Institute of Developing for Economic and Finance
(Indef) Eny Sri Hartati menilai, pengentasan kemiskinan membutuhkan
sinergisitas antarkementerian. Pemerintah tidak boleh hanya mengandalkan
penjaring sosial seperi bantuan langsung. Namun, edukasi kepada masyarakat itu
yang terpenting. Pemberian bantuan langsung dianggap kurang efektif dalam upaya pengentasan kemiskinan. Pemerintah
lebih baik langsung mendorong usaha mikro kecil untuk mendapatkan akses
perbankan. Kemudian, penyediaan bibit unggul, dan kelembagaan tataniaga
pertanian.
Salah satu prasyarat keberhasilan pengentasan kemiskinan
adalah dengan cara mengidentifikasi kelompok sasaran dan wilayah sasaran dengan
tepat. Program pengentasan dan pemulihan nasib orang miskin tergantung dari
langkah awal yaitu ketetapan mengidentifikasi siapa yang dikatakan miskin dan
di mana dia berada. Aspek di mana “si miskin” dapat ditelusuri melalui si
miskin itu sendiri serta melalui pendekatan-pendekatan profil wilayah atau
karakter geografis. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan ada dua strategi utama
yang harus ditempuh oleh pemerintah. Pertama, melindungi keluarga dan kelompok
masyarakat miskin melalui pemenuhan kebutuhan pokok mereka. Kedua,
memberdayakan mereka agar mempunyai kemampuan untuk melakukan usaha dan
mencegah terjadinya kemiskinan baru.
Setiap permasalahan timbul pasti karna ada faktor yang
mengiringinya yang menyebabkan timbulnya sebuah permasalahan, begitu juga
dengan masalah kemiskinan yang dihadapi oleh negara indonesia. Beberapa faktor
yang menyebabkan timbulnya kemiskinan menurut Hartomo dan Aziz
dalam Dadan Hudyana (2009:28-29) yaitu :
1. Pendidikan yang Terlampau Rendah
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang
mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya.
Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan
keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.
2. Malas Bekerja
Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada
nasib) menyebabkan seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk
bekerja.
3. Keterbatasan Sumber Alam
Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber
alamnya tidak lagi memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering
dikatakan masyarakat itu miskin karena sumberdaya alamnya miskin.
4. Terbatasnya Lapangan Kerja
Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi
kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan
lapangan kerja baru sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil
kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan
keterampilan.
5. Keterbatasan Modal
Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk
melengkapi alat maupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka
miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan.
6. Beban Keluarga
Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila
tidak diimbangi dengan usaha peningakatan pendapatan akan menimbulkan
kemiskinan karena semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat
tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.
Suryadiningrat dalam Dadan Hudayana (2009:30), juga mengemukakan
bahwa kemiskinan pada hakikatnya disebabkan oleh kurangnya komitmen manusia
terhadap norma dan nilai-nilai kebenaran ajaran agama, kejujuran dan keadilan.
Hal ini mengakibatkan terjadinya penganiayaan manusia terhadap diri sendiri dan
terhadap orang lain. Penganiayaan manusia terhadap diri sendiri tercermin dari
adanya :
1) Keengganan bekerja dan berusaha,
2) Kebodohan,
3) Motivasi rendah,
4) Tidak memiliki rencana jangka
panjang,
5) Budaya kemiskinan, dan
6) Pemahaman keliru terhadap kemiskinan.
Sedangkan penganiayaan terhadap orang lain terlihat dari
ketidakmampuan seseorang bekerja dan berusaha akibat :
1. Ketidakpedulian orang mampu kepada
orang yang memerlukan atau orang tidak mampu dan
2. kebijakan yang tidak memihak kepada
orang miskin.
Kartasasmita dalam Rahmawati (2006:4) mengemukakan bahwa, kondisi
kemiskinan dapat disebabkan oleh sekurang-kurangnya empat penyebab, diantaranya
yaitu :
1. Rendahnya Taraf Pendidikan
Taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan
pengembangan diri terbatas dan meyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat
dimasuki. Taraf pendidikan yang rendah juga membatasi kemampuan seseorang untuk
mencari dan memanfaatkan peluang.
2. Rendahnya Derajat Kesehatan
Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya
daya tahan fisik, daya pikir dan prakarsa.
3. Terbatasnya Lapangan Kerja
Selain kondisi kemiskinan dan kesehatan yang rendah,
kemiskinan juga diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada
lapangan kerja atau kegiatan usaha, selama itu pula ada harapan untuk
memutuskan lingkaran kemiskinan.
4. Kondisi Keterisolasian
Banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karena
terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak
dapat terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan gerak kemajuan yang
dinikmati masyarakat lainnya.
Nasikun dalam Suryawati (2005:5) menyoroti beberapa sumber
dan proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu :
1. Pelestarian Proses Kemiskinan
Proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi melalui
pelaksanaan suatu kebijakan diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan,
tetapi realitanya justru melestarikan
2. Pola Produksi Kolonial
Negara ekskoloni mengalami kemiskinan karena pola produksi
kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang paling subur dikuasai
petani skala besar dan berorientasi ekspor.
3. Manajemen Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Adanya unsur manajemen sumber daya alam dan lingkungan,
seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan menurunkan produktivitas.
4. Kemiskinan Terjadi Karena Siklus
Alam.
Misalnya tinggal di lahan kritis, dimana lahan ini jika
turun hujan akan terjadi banjir tetapi jika musim kemarau akan kekurangan air,
sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.
5. Peminggiran Kaum Perempuan
Dalam hal ini perempuan masih dianggap sebagai golongan
kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang diberikan lebih
rendah dari laki-laki.
6. Faktor Budaya dan Etnik
Bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara
kemiskinan seperti, pola hidup konsumtif pada petani dan nelayan ketika panen
raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara adat atau keagamaan.
Comments
Post a Comment