PENYEBAB SERTA PERAN ORANG TUA DALAM MENAGGULANGI KENAKALAN REMAJA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan
kemudian menjadi orangtua, tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar
dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus
dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri
tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula
dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan
dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekuatiran bagi para
orang tua. Masa remaja sering menjadi pembahasan dalam banyak seminar. Padahal
bagi si remaja sendiri, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam
hidupnya. Oleh karena itu, para orangtua hendaknya berkenan menerima remaja
sebagaimana adanya. Jangan terlalu membesar-besarkan perbedaan. Orangtua para
remaja hendaknya justru menjadi pemberi teladan di depan, di tengah
membangkitkan semangat, dan di belakang mengawasi segala tindak tanduk si
remaja.
Remaja adalah masa peralihan dari
kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah
mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja
sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup
matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup dan
identitas yang paling sesuai baginya
Dalam mencari jati dirinya remaja tidak
jarang remaja membuat masalah sosial seperti kenakalan remaja. Sampai saat ini
permasalahan ini terus berkembang dan kian hari kian memprihatinkan .
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah kenakalan remaja itu?
2.
Apakah penyebab kenakalan
remaja?
3.
Bagaimanakah peran orang tua
dalam kenakalan remaja?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini
ialah untuk mengetahui:
1.
Kenakalan remaja pada umumnya
serta cirri-cirinya.
2.
Penyebab kenakalan remaja.
3.
Peran orang tua dalam
menaggulangi kenakalan remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kenakalan Remaja
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada
suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di
dalam masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal
itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental
disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku
mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”.
Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan
atau perilaku menyimpang, pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim
(dalam Soerjono Soekanto, 1985 : 73). Bahwa perilaku menyimpang atau jahat
kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang
normal dalam bukunya “ Rules of Sociological Method” dalam batas-batas tertentu
kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan
demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan
keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas
tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan
dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat yaitu perilaku
yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.
Ada beberapa ciri-ciri anak yang
melakukan kenakalan remaja seperti :
1)
Ngebut, yaitu mengendarai
kendaraan dengan kecepatan yang melampaui kecepatan maksimum yang di tetapkan,
sehingga dapat mengganggu bahkan membahayakan pemakai jalan yang lain.
2)
Peredaran pornografi di
kalangan pelajar, baik dalam bentuk gambar-gambar cabul atau tidak senonoh,
majalah dancerita porno yang dapat merusak moral anak, sampai perdaran
obat-obat perangsang nafsu seksual, kontrasepsi penyalahgunaan barang-barang
elektronik (missal internet dan handphone) dan sebagainya.
3)
Anak-anak yang suka
pengrusakan-pengrusakan terhadap barang-barang atau milik orang lain seperti
mencuri, membuat corat-coret yang mengganggu keindahan lingkungan, mengadakan
sabotase dan sebagainya.
4)
Membentuk kelompok atau gang
dengan ciri-ciri dan tindakan yang menyeramkan, seperti kelompok bertato,
kelompok berpakaian acak-acakan, blackmetal. Yang di ikuti oleh tindakan yang
tercela yang mengarah pada perbuatan anarkis.
5)
Berpakaian dengan mode yang
tidak sesuai dengan keadaan lingkungan, misal: memakai rok mini, youcansee,
mamakai pakaian yang serba ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya, sehingga di
pandang kurang sopan di mata lingkunganya.
6)
Mengganggu/mengejek orang-orang
yang melintas di depanya, jika menoleh atau marah sedikit saja di anggapnya
membuat gara-gara untuk dijahili.
B. Penyebab Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja ini dapat disebabkan oleh
berbagai faktor. Faktor- faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan timbulnya
kenakalan remaja antara lain:
1)
Keluarga
Hal inilah yang paling rentan . kenapa
paling rentan ? Keluarga merupakan tempat pertama kali anak dididik dan ditempa
. Cara pendidikan yang diterapkan oleh orang tua akan sangat berpengaruh pada
perkembangan anak di masa yang akan datang . Namun cara mendidik disini tidak
terlalu otoriter , tegas , permisif , maupun demokratis melainkan cara
pendidikan tersebut digunakan secara seimbang dan sesuai kebutuhan .
Apabila orang tua terlalu otoriter dan tegas
maka anak dan remaja akan berusaha mencari-cari celah utuk melakukan
pemberontakan maupun perlawanan-perlawanan dalam bentuk yang lain dari anak
sebagi sikap protes atas tindakan orang tuanya . Orang tua yang terelalu
permisif maka membuat sang anak akan berusaha mencari-cari perhatian dengan
segala tingkah lakunya yang sebagaian besar pada akhirnya baik disadari maupun
tidak oleh remaja mereka akan menjurus ke dalam kenakalan remaja maupun
ada yang lebih parah ke dalam tindak krimnalitas .
Kebebasan namun bertanggung jawab dari paham
demokratis juga akan sulit dilakukan karena jika hanya berdemokrasi maka anak
akan terbiasa mengeluarkan pendapat semaunya tanpa melihat kondisi orang
sekitar dan bahkan akan terbawa kebiasaan ini sampai mereka dewasa . Selain
cara mendidik ada faktor lain yang dapat memicu kenakalan remaja ini yaitu
perhatian yang diterima remaja . Perhatian ini sangat berpengaruh karena
semaikin rendah perhatian yang diterima maka kecenderungan timbulnya kenakalan
remaja akan semakin tinggi . Yang mempengaruhi besar kecilnya perhatian
yang diterima remaja antara lain pekerjaan orang tua , keutuhan keluarga , dan
hubungan keluarga dengan lingkungan .
Pekerjaan orang tua akan sangat berpengaruh
kepada perkembangan remaja . Orang tua yang sibuk untuk mencari nafkah di luar
rumah dan kurang memperhatikan perkembangan anaknya akan menyebabkan kurangnya
perhatian yang akan diterima oleh remaja tersebut . Kurangnya perhatian inilah
yang mendorong remaja untuk mencari sensasi dengan cara melakukan perbuatan
yang menyimpahg .
Secara teoritis keutuhan keluarga dapat
berpengaruh terhadap kenakalan remaja. Artinya banyak terdapat anak-anak remaja
yang nakal datang dari keluarga yang tidak utuh, baik dilihat dari struktur
keluarga maupun dalam interaksinya di keluarga . Hal ini dikarenakan dengan
kurang utuhnya keluarga perhatian yang akan diterima remaja akan semakin rendah
. Yang secara otomatis akan memicu kenakalan remaja .
Hubungan keluarga dengan lingkungan akan
berpengaruh besar kepada perkembangan remaja . Keluarga yang tidak diterima
oleh lingkungan akan menyebabkan kenakalan remaja akan meningkat di keluarga
tersebeut sebagai akibat terkekangnya dan terhambatnya akses informasi
remaja terhadap lingkungan sekitar .
2)
Pergaulan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan
adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin
tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman
dari kalangan terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak
pejabat pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang
lainnya. Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan
si remaja saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Orangtua juga senang dan
bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut.
Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat
dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan
dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula.
Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun
orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila
timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu
pada narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya.
Pengaruh kawan ini memang cukup besar..
Pengaruh kawan sering diumpamakan sebagai segumpal daging busuk apabila
dibungkus dengan selembar daun maka daun itupun akan berbau busuk. Sedangkan
bila sebatang kayu cendana dibungkus dengan selembar kertas, kertas itu pun
akan wangi baunya. Perumpamaan ini menunjukkan sedemikian besarnya pengaruh
pergaulan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang ketika remaja,
khususnya. Oleh karena itu, orangtua para remaja hendaknya berhati-hati dan
bijaksana dalam memberikan kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak
bergaul dengan kawan-kawan yang tidak benar. Memiliki teman bergaul yang tidak
sesuai, anak di kemudian hari akan banyak menimbulkan masalah bagi orangtuanya.
Kriteria teman baik yaitu mereka yang
memberikan perlindungan apabila kita kurang hati-hati, menjaga barang-barang
dan harta kita apabila kita lengah, memberikan perlindungan apabila kita berada
dalam bahaya, tidak pergi meninggalkan kita apabila kita sedang dalam bahaya
dan kesulitan, dan membantu sanak keluarga kita. Kriteria teman yang tidak
baik. Mereka adalah teman yang akan mendorong seseorang untuk menjadi penjudi,
orang yang tidak bermoral, pemabuk, penipu, dan pelanggar hukum.
3)
Pendidikan
Memberikan pendidikan yang sesuai adalah
merupakan salah satu tugas orangtua kepada anak Agar anak dapat memperoleh
pendidikan yang sesuai, pilihkanlah sekolah yang bermutu. Selain itu, perlu
dipikirkan pula latar belakang agama pengelola sekolah. Hal ini penting untuk
menjaga agar pendidikan Agama yang telah diperoleh anak di rumah tidak kacau
dengan agama yang diajarkan di sekolah. Berilah pengertian yang benar tentang
adanya beberapa agama di dunia. Berilah pengertian yang baik dan bebas dari
kebencian tentang alasan orangtua memilih agama serta alasan seorang anak harus
mengikuti agama orangtua.
Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18
tahun yang merupakan akhir masa remaja, anak mulai akan memilih perguruan
tinggi. Orangtua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si
anak berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan kesenangan
dan bakat anak, bukan semata-mata karena kesenangan orang tua. Masih sering
terjadi dalam masyarakat, orangtua yang memaksakan kehendaknya agar di masa
depan anaknya memilih profesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orangtua.
Pemaksaan ini tidak jarang justru akan berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski
memang ada sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut,
tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa,
frustrasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi
bersama dengan kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan
mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.
Anak pasti juga mempunyai hobi tertentu.
Seperti yang telah disinggung di atas, biarkanlah anak memilih jurusan sekolah
yang sesuai dengan kesenangan ataupun bakat dan hobi si anak. Tetapi bila anak
tersebut tidak ingin bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka berilah
pengertian kepadanya bahwa tugas utamanya adalah bersekolah sesuai dengan
pilihannya, sedangkan hobi adalah kegiatan sampingan yang boleh dilakukan bila
tugas utama telah selesai dikerjakan.
4)
Waktu luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya
berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah,
selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan
ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu
luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan
yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan
kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan
negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk
mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik
perhatian lingkungannya.
Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari
orangtuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering
menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang
sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri,
merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya.Munculnya kegiatan
iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula karena
dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, pada
umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya maka ia
akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak
mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan
kawan-kawannya. Akhirnya ia terjerumus. Tersesat.
Oleh karena itu, orangtua hendaknya
memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif
seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orangtua, maupun lingkungannya.
Dalam memberikan pengarahan, orangtua hendaknya hanya membatasi keisengan
mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan,
keisengan remaja adalah semacam ‘refreshing’ atas kejenuhannya dengan urusan
tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak senang berkelahi, orangtua dapat
memberikan penyaluran dengan mengikutkannya pada satu kelompok olahraga
beladiri.
Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada
kebijaksanaan remaja, ada baiknya pula orangtua ikut memikirkannya pula.
Orangtua hendaknya jangan hanya tersita oleh kesibukan sehari-hari. Orangtua
hendaknya tidak hanya memenuhi kebutuhan materi remaja saja. Orangtua hendaknya
juga memperhatikan perkembangan batinnya. Remaja, selain membutuhkan materi,
sebenarnya juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Oleh karena itu, waktu
luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan keluarga sekaligus
sebagai sarana rekreasi. Kegiatan keluarga ini hendaknya dapat diikuti oleh
seluruh anggota keluarga. Kegiatan keluarga dapat berupa melakukan berbagai
bentuk permainan bersama, misalnya scrabble, monopoli, dan lain
sebagainya. Kegiatan keluarga dapat pula berupa tukar pikiran dan berbicara
dari hati ke hati. Misalnya, dengan makan malam bersama atau duduk santai di
ruang keluarga. Selain itu, dihari libur, seluruh anggota keluarga dapat
bersama-sama pergi berenang, jalan-jalan ke taman ria atau mal, dan lain
sebagainya.
C. Peran Orang Tua
Sebagian besar orangtua di jaman sekarang
sangat sibuk mencari nafkah. Mereka sudah tidak mempunyai banyak kesempatan
untuk dapat mengikuti terus kemana pun anak-anaknya pergi. Padahal, kenakalan
remaja banyak bersumber dari pergaulan. Oleh karena itu, orangtua hendaknya
dapat memberikan langkah konkret yang dapat dilakukan oleh orang tua guna
mencegah dan menangani masalah ini yaitu:
1)
Pemberian kasih sayang dan
perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
2)
Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak
mengekang. Contohnya: orang tua boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja
yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan orang tua dia telah
melewati batas yang sewajarnya, orang tua sebagai orangtua perlu memberitahu
dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal
yang sudah melewati batas tersebut.
3)
Biarkanlah dia bergaul dengan
teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya.
Karena apabila orang tua membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat
tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun
bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.
4)
Pengawasan yang perlu dan
intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dan
lain-lain.
5)
Perlunya bimbingan kepribadian
di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya
selain di rumah.
6)
Perlunya pembelajaran agama
yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah
sesuai dengan iman kepercayaannya.
7)
Orang tua perlu mendukung hobi
yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia. Jangan pernah orang tua
mencegah hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai
selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian
dan kepercayaan dirinya.
8)
Orang tua harus menjadi tempat
CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika
ia sedang menghadapi masalah.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik beberapa simpulan sebagai
berikut.
1.
Kenakalan remaja menunjuk pada
suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di
dalam masyarakatnya.
2.
Ciri-ciri anak yang melakukan
kenakalan remaja seperti ngebut, pornografi, pengrusakan barang orang lain,
geng, berpakaian sembarangan, dan mengganggu orang lain.
3.
Kenakalan remaja ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor yaitu keluarga, pergaulan, pendidikan, dan
waktu luang
4.
Langkah konkret yang dapat
dilakukan oleh orang tua guna mencegah dan menangani masalah ini yaitu kasih
sayang, kebebasan, pergaulan anak, pengawasan pada media, bimbingan,
pembelajaran agama, dukungan pada hobi, dan orang tua sebaga tempat berkeluh
kesah.
Saran
Sebagai generasi penerus bangsa sepatutnya
kita menjaga akhlak serta prilaku dan pintar mencari teman supaya tidak
terjerumus dalam kenakalan remaja. Ketika ada masalah tidak mudah lari
kehal-hal yang negative. Begitu pula dengan orang tua, harus selalu aktif
mengontrol dan membimbing anaknya serta mengajarkan nilai-nilai agama.
DAFTAR PUSTAKA
Kartono,
Kartini. 2006. Psikologi Sosial 2,
Kenakalan Remaja. Rajawali: Jakarta
Soerjono.
Soekanto. 2008. Sosiologi Penyimpangan. Rajawali: Jakarta
http://helda.info/2009/06/
kenakalan-remaja/ diakses pada 6 Maret 2012
Comments
Post a Comment