MODAL KERJA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam suatu perusahaan kita mengenal istilah memaksimalkan laba perusahaan yang sering disebut dengan tujuan perusahaan. Hal ini tentunya terkait dengan rangkaian kejadian yang berisikan tentang pengoptimalisasian operasional suatu perusahaan. Untuk menjelaskan teori laba maksimal dalam ekonomi mikro, mungkin saja mengabaikan resiko dan ketidakpastian, sebab seringkali perusahaan hanya membandingkan nilai yang diharapkan (expected value) dengan keuntungan rata-rata tertimbang (weighted average profits), namun tidak sedikit pula perusahaan yang tidak memperhatikan tingkat resiko yang akan didapat.
Dalam hal ini, tentunya perlu dibuktikan untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan, apakah baik atau tidak, dilakukan dengan cara menghitung rasio keuangannya. Rasio keuangan membantu kita untuk mengidentifikasikan kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan. Rasio tersebut dapat menjelaskan perbandingan data keuangan perusahaan (misalkan dalam 5 tahun terakhir) untuk meneliti arah pergerakannya, atau perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan yang lain.

B.     Rumusan dan Batasan Masalah
Dari latar belakang di atas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah Pengertian dari Modal Kerja ?
2.      Bagaimanakah Peran Modal Kerja Terhadap Pendapatan Perusahaan ?
Dari rumusan masalah ini penulis membatasi masalah pada penjelasan dari modal kerja serta peranannya terhadap pendapatan perusahaan.
C.    Hipotesis
1.      Modal kerja ialah sesuatu yang dimiliki atau yang digunakan sebelum bekerja.
2.      Peranan modal kerja sangatlah besar pegaruhnya karena dengan modal kerja akan mempengaruhi kinerja kita pada perusahaa tempat bekerja.
D.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui:
1.      Pengertian modal kerja
2.      Peran Modal Kerja Terhadap Pendapatan Perusahaan.
E.     Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini ialah memberikan defenisi tentang modal kerja kepada pembaca serta peranannya terhadap perusahaan sehingga pembaca dapat menjadikan sebagai bahan pertimbangan sebelum bekerja, yaitu harus memiliki modal kerja agar dapat bekerja secara maksimal pada perusahaan tempatnya bekerja.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Modal Kerja
Istilah modal kerja mempunyai banyak pengertian dalam bahasa asing, modal kerja dikenal dengan istilah working capital atau istilah lainnya adalah liquid capital atau current capital. Modal kerja merupakan salah satu bagian dari assets yang ada dalam perusahaan atau koperasi. Modal kerja menurt Bambang Riyanto adalah dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari.[1]
Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau operasinya sehari-hari selalu membutuhkan modal kerja (working capital). Modal kerja ini misalnya digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah, membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang gunanya untuk membiayai operasi perusahaan. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pengertian dari modal kerja disini penulis kemukakan beberapa pendapat :
Menurut James C Van Harne menyatakan, bahwa Modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar, dan modal kerja kotor adalah investasi perusahaan dalam aktiva lancar seperti kas, piutang dan persediaan.
Menurut J. Fred Weston Eugene F. Brigham, menyatakan bahwa Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam harta jangka pendek yaitu kas, surat berharga jangka pendek, piutang dan persediaan.[2]

Menurut Bambang Riyanto ada beberapa konsep dalam modal kerja yaitu :
a)      Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.
b)      Konsep Kualitatif
Modal kerja menurut konsep ini merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar.
c)      Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep ini adalah konsep yang mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan perusahaan.[3]

B.     Peranan Modal Kerja Terhadap Pendapatan Perusahaan
Besar kecilnya jumlah modal kerja pada koperasi berbeda-beda dari waktu ke waktu. Dalam menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukanlah persoalan yang mudah.
Menurut S.Munawir peranan modal kerja terhadap pendapatan perusahaan adalah sebagai berikut[4] :
1.      Sifat atau tipe dari perusahaan
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relative akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri karena untuk perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang mapun persediaan.
2.      Waktu yang dibutuhkan untuk memprodusir atau memperoleh barang yang akan dijual hingga harga persatuan dari barang tersebut. Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diprodusir sampai barang tersebut dijual. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memprodusir atau untuk memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan Disamping itu harga pokok persatuan barang jasa akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, semakin besar harga pokok persatuan barang yang dijual akan semakin besar pula kebutuhan akan modal kerja.
3.      Syarat pembayaran bahan atau barang dagangan
Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang digunakan untuk memprodusir barang yang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, makin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula.
4.      Syarat Penjualan
Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor pihutang. Untuk mempermudah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam pihutang dan untuk memperkecil resiko adanya pihutang yang tak dapat ditagih, sebaliknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembel, karena dengan demikian para pembeli akan tertarik untuk segera membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.
5.      Tingkat Perputaran Persediaan
Tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan secara teratur dan efisien. Semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.
Pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari :
a.   Hasil koperasi perusahaan, adalah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba.[5]
b.  Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek) yakni keuntungan yang diperoleh dari penjualan. Surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja.[6]

c.   Penjualan aktiva tidak lancar yakni sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan, akan menyebabkan aktivas lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya moda kerja yang berlebih-lebihan).
d.   Penjualan saham atau obligasi yakni untuk menambah dana modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya.
Dari uraian diatas tentang sumber-sumber modal kerja dapat disimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah apabila :
1.   Bertambahnya modal yang berasal dari simpanan, baik simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela.
2.   Bertambahnya modal yang berasal dari donasi cadangan koperasi dan sisa hasil usaha.
3.   Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan.
4.   Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi.
5.   Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek atau hutang panjang lainnya. Yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.
C.    Unsur-Unsur Modal Kerja
Yang termasuk dalam aktiva lancar adalah sebagai berikut :
a.   Kas, atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan.
b.   Investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau marketable securities) adalah investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi.[7]

c.   Piutang wesel, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang.
d.   Piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit.
e.   Persediaan, untuk perusahaan perdagangan yang dimaksud dengan persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang belum laku dijual.
f.    Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan sudah memberikan jasa atau prestasinya, tetap belum diterima pembayarannya, sehingga merupakan tagihan.
g.  Persekot atau biaya yang dibayar dimuka, adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa atau prestasi dari pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya.
Utang lancar adalah sebagai berikut :
Utang lancar adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.
Utang jangka pendek yaitu modal asing jangka waktu paling lama satu tahun.[8]
Dari pendapat para ahli diatas bahwa utang lancar adalah kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.
Utang lancar meliputi :
a.   Hutang dagang, adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan secara kredit.[9]
b.   Hutang wesel, adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu dimasa yang akan datang.[10]
c.   Hutang pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke kas negara.
d.  Hutang yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.
e.   Hutang jangka pendek yang segera jatuh tempo, adalah sebagian (seluruh) hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya.
f.   Penghasilan yang diterima dimuka (Diferred Revenue), adalah penerimaan uang untuk penjualan barang atau jasa yang belum direalisir.
D.    Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Penyediaan Jumlah Modal Kerja
Perputaran piutang mempengaruhi terhadap jumlah modal kerja, karena piutang sebagai salah satu komponen dari modal kerja.
Semakin cepat tingkat perputaran piutang yang terjadi dalam suatu perusahaan, hal ini berarti semakin singkat waktu tertanamnya modal kerja dalam piutang sehingga semakin kecil jumlah modal kerja yang ada pada koperasi.
Semakin lambat atau rendah tingkat perputaran piutang, berarti semakin lama waktu tertanamnya modal kerja dalam piutang sehingga jumlah modal kerja akan lebih besar untuk membiayai piutang. Rendahnya tingkat perputaran piutang ini menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang tertanam dalam piutang.
Mengenai pengaruh perputaran piutang terhadap penyediaan jumlah modal kerja, S.Munawir mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :
Makin tinggi ratio (turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau ratio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut. Mungkin bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungki ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.[11]

Sedangkan menurut Bambang Riyanto mengatakan bahwa:
Tinggi rendahnyareceivables turn over mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi turn overnya, berarti makin cepat perputarannya, yang berarti makin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang.  [12]

BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan modal kerja terhadap pendapatan peusahaan adalah harta yang dimiliki perusahaan yang dipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha atau membiayai operasional perusahaan tanpa mengorbankan aktiva yang lain dengan tujuan memperoleh laba yang optimal.
Istilah modal kerja mempunyai banyak pengertian dalam bahasa asing, modal kerja dikenal dengan istilah working capital atau istilah lainnya adalah liquid capital atau current capital. Modal kerja merupakan salah satu bagian dari assets yang ada dalam perusahaan atau koperasi. Modal kerja menurt Bambang Riyanto (2001:57) adalah dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA

Idrus, Akbar. Dasar-Dasar Modal Kerja. Cet.3 ; Jogjakarta : Ekonesia, 1998
Munawir,S. Konsep Modal Kerja, Jilid 1. Cet.3 ; Jogjakarta : Graha Ilmu, 1997
Riyanto, Bambang. Modal Kerja, Jilid 1. Cet.1 ; Jakarta : Graha Press, 2001


[1] Bambang Riyanto, Modal Kerja, Jilid 1, (Cet.1 ; Jakarta : Graha Press, 2001), h.8
[2] S. Munawir, Konsep Modal Kerja, Jilid 1, (Cet.3 ; Jogjakarta : Graha Ilmu, 1997), h.15
[3] Bambang, Op. cit, h. 15
[4] Nawir, Op. cit, h.20
[5] Ibid
[6]Bambang,  Lot. Cit
[7] Akbar Idrus, Dasar-Dasar Modal Kerja, (Cet.3 ; Jogjakarta : Ekonesia, 1998), h.23
[8] Mumawir, Lo. cit
[9] Ibid
[10] Munawir, Op.cit, h. 27
[11] Ibid
[12] Akbar, Op. cit, h. 35

Comments

Popular posts from this blog

Khutbah Jumat Bahasa Bugis

Khutbah Bahasa Bugis

Khutbah Idul Adha Versi Bahasa Bugis