INFLASI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Seperti telah diketahui, secara
teoritis, pengertian inflasi merujuk pada perubahan tingkat harga (barang dan
jasa) umum yang terjadi secara terus menerus. Penentuan sasaran inflasi
dilakukan dengan memperhatikan prospek ekonomi makro dan karenanya didasarkan
pada perkembangan dari proyeksi arah pergerakan ekonomi kedepan. Hal ini
didasrakan pada pertimbangan bahwa terdapat ketidak sejalanan (trade-off)
antara pencapaian inflasi yang rendah dengan keinginan untuk mendorong laju
pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia tidak ingin
menargetkan inflasi yang terlalu rendah karena dapat menghambat pemulihan
ekonomi nasional. Untuk ini dengan menggunakan model-model makroekonomi yang
dikembangkan, Bank Indonesia menganalisis dan memproyeksi beberapa laju
pertumbuhan ekonomi kedepannya, dengan berbagai komponen-komponennya dan
komposisinya yang didorong oleh sisi permintaan dan dari sisi penawaran. Dengan
cara ini, dapat diukur kecenderungan terjadinya kesengajaan antara besarnya
permintaan dengan penawaran agregat (yang diukur dengan output potensial), atau
yang sering disebut output gap ‘kesenjangan output’. Besarnya output gap inilah
yang diperkirakan akan menentukan besarnya tekanan terhadap inflasi kedepannya.
B.
Rumusan dan Batasan Masalah
Dari latar
belakang di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah yang dimaksud dengan
inflasi?
2.
Apa sajakah jenis-jenis inflasi?
3.
Apakah yang ditimbulkan adanya
inflasi?
Dari
rumusan masalah di atas maka penulis menegaskan bahwa yang dibahas dalam
makalah ini adalah pengertian inflasi beserta jenis-jenisnya. Selain itu juga
membahas dampak yang ditimbulkan adanya inflasi serta cara pencegahannya.
C. Hipotesis
Inflasi kenaikan
suatu barang atau jasa. Inflasi ada berbagi jenisnya. Inflasi dapat berdamapak
pada perekonomian bangasa ini. Ada beberagai damapak inflsi itu sendiri.
Inflasi bersifat fleksibel karena di lain sisi inflasi menguntungkan pihak lain
tetapi di sisi yang lain ada pula pihak yang dirugikan . namun, walaupun
demikian ada beberapa cara yang dapat diterapkan dalam menegani inflasi itu
sendiri.
D. Tujuan Penulisan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1.
Pengertian inflasi serta
jenis-jenisnya.
2.
Efek yang ditimbulkan adanya
inflasi serta cara penanganannya.
E. Manfaat Penulisan
1.
Pembaca dapat mengetahui
pengertian inflasi serta jenis-jenisnya sehingga dapat mengetahui secara pasti
dan tidak kalang kabut lagi soal inflasi.
2.
Pembaca juga dapat mengetahui efek
adanya inflasi sehingga diharapkan akan berhati-hati penggunaan inflasi.
3.
Dapat memahami kebijakan-kebijakan
dalam menangani inflasi sehingga tidak akan terlalu berefak bagi masyarat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Inflasi
“Adalah proses kenaikan harga-harga umum batang-barang
secara terus-menerus”.[1]
Ini tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu nik dengan
persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah
bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum batang secara terus –
menerus selama satu periode tertent. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja
(meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi
Kenaikan
harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang
sering digunakan untuk mngukur inflasi antara lain :
1)
Indeks
biaya hidup (consumer price index)
Indeks biaya hidup mengukur biaya
atau pengeluran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah
tangga untuk keperluan hidup.
2)
indeks
harga perdagangan besar (wholesale pirce index)
indeks perdangangan besar meniti
beratkan pada sejumlah barang pada tingkat pedangangan besar.
3)
GNP
deflator
GNP deflator adalah jenis indeks
yang lain. Berbeda dengan dua indeks di atas, dalam cakupan barangnya. GNP
deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang mencangkup dalam perhitungan GNP,
jadi lebih banyak jumlahnya bila dibanding dengan dua indeks di atas GNP
deflator diperoleh dengn membagi GNP nominal (diatas harga Berlaku) dengan GNP
rill (atas dasar harga konstans)
GNP deflator = GNP Nominal x
100
GNP rill [2]
B.
Jenis-Jenis Inflasi
1.
Jenis Inflasi Menurut Sifatnya
Laju Inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan negara
lain atau dalam satu negara dalam waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya laju
inflasi maka dapta dibagi ke dalam tiga kategori yaitu:
a) Merayap (creeping inflation)
Ditandai dengan laju inflasi yang
rendah (kurang dari 10% pertahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat,
dengan persentase yang kecit serta dalam jangka yang relatif lama.
b) inflasi menengah (galloping
inflation)
ditantai dengan kenaikanharga yang
cukup besar dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai siat akselarasi
(harga dalam waktu mingguan atau bulanan) efeknya terhadap perekonomian lebih
besar dari pada inflasi yang merayap (creeping inflation)
c) inflasi tinggi (hyper inflation)
merupakan inflasi yang paling parah
akibatnya harga – harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan
untuk menyimpan uang sebab nilai uang merosot dengan tajam seingga ingin
ditukarkan dengan uang sehingga perputaran uang semakin cepat dan harga naik
secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apa bila pemerintah mengalami
defisit anggaran belanja yang dibelanjakan dan ditutupi dengan mencetak uang.[3]
2.
Jenis Inflasi Menurut Sebabnya
a) Demand-pull inflation
Inflasi ini bermula dari adanya
kenaikan pemintaan total (agregate demand), sedangkan produksi telah berada
pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja
penuh.[4]
Dalam keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan
permintaan total disamping kenaikan harga dapt juga menaikkan hasil produksi
(output).
b) Cost-push inflation
Berbeda dengan demand-pull
inflation, cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta
turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini
timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total
(aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya
produksi ini dapat timbul karena beberapa factor diantaranya :
·
perjuangan
serikat buruh yang berhasil untuk menuntu kenaikan upah
·
Suatu
industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat menggunakan kekuasaannya di
pasar untuk menentukan harga (yang lebih tinggi).
·
Kenaikan
harga bahan baku industri.[5]
3.
Berdasarkan Sumber atau Penyebab
Kenaikan Harga Inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut :
a) Inflasi Tarikan Permintaan :
kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh pertambahan pengeluaran yang besar
yang tidak dapat dipenuhi oleh kemampuan memproduksi yang tersedia.
b) Inflasi Desakan Biaya : kenaikan
harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan dalam biaya produksi sebagai akibat
kenaikan harga bahan mentah atau kenaikan upah.
c) Inflasi Diimpor : kenaikan
harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan harga barang impor yang digunakan
sebagai bahan mentah produksi dalam negeri.[6]
C.
Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
1.
Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)
“Efek terhadap pendapatan sifatnya
tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya
inflasi”.[7]
Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi.
Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun
sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan pendapatan
riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp. 50.000,00.
2.
Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
“Inflasi dapat pula mengubah pola
alokasi faktor-faktor produksi”[8].
Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam
barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi
beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi factor produksi menjadi
tidak efisien.
3.
Efek terhadap Output (Output Effects)
Dalam menganalisa kedua efek diatas
(Equity dan Efficiency Effects) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap.
Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan
dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
4.
Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak
akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik
menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal
biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain
tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah, rumah dan
bangunan.[9]
Oleh karena pengusaha lebih suka
menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif
akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih
banyak pengangguran akan wujud.
5.
Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Disamping menimbulkan efek buruk ke
atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek yang
berikut kepada individu kepada masyarakat :
a) Inflasi akan menurunkan
pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
b) Inflasi akan mengurangi nilai
kekayaan yang berbentuk uang.
c) Memperburuk pembagian kekayaan.[10]
D.
Kebijakan Pemerintah Dalam Menghadapi Inflasi
1. Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter
dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. salah satu komponen jumlah uang
adalah uang giral (demand deposit). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara,
pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro. Kedua,
apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi dalam
bentuk giro. Deposito yang timbul dengan cara kedua sifatnya lebih inflatoir
dari cara pertama. Sebab cara pertama hanyalah mengalihkan bentuk saja dari
uang kas ke uang giral.[11]
2. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan ini menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara lagsung dapat mempengaruhi permintaan
total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. “Inflasi dapat dicegah
melalui penurunan permintaan total”.[12]
Kebijaksanaan ini yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan
pajak akan dapat mengurangi permintaan total. Sehingga inflasi dapat ditekan.
3. Kebijaksanaan yang Berkaitan
dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil kenaikan laju inflasi. Kenaikan
jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea
masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di
dalam negeri cenderung menurunkan harga.
4. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan
Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan
ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun
upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik,
maka gaji/upah juga dinaikkan.[13]
BAB III
PENUTUP
Dalam perekonomian tertutup, dan
dalam jangka pendek, inflasi merupakan masalah ekonomi yang perlu dihadapi dan
diatasi. Dalam system pasar bebas, masalah ini tidak dapat dengan sendirinya
diatasi. Kebijakan pemerintah perlu dijalankan apabila masalah tersebut timbul.
Sesuai dengan keperluan ini dalam analisis makroekonomi perlu diperhatikan
dengan lebih baik mengenai masalah tersebut dan bentuk-bentuk kebijakan
pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah inflasi.
Secara kontinu kebijakan pemerintah
diperlukan untuk menjaga kestabilan harga-harga dan mengurangi tingkat
pengangguran pada tingkat yang sangat rendah. Kebijakan pemerintah tersebut
dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu Kebijakan Fiskal dan Kebijakan
Moneter. Alat yang digunakan dalam kebijakan fiskal adalah mengubah pengeluaran
pemerintah, mengubah pajak dan gabungan dari keduanya. Kebijakan moneter
dijalankan dengan mempengaruhi kebijakan penawaran uang dan suku bunga.
Kedua bentuk kebijakan pemerintah
tersebut perlu dilakukan secara serentak untuk meningkatkan kefektifannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Kusumo,
Sumitro. Dunia Ekonomi Kita, Cet.3 ;
Yogjakarta : Kanisius, 1999
Mahmud,
Syarifuddin. Ekonomi untuk SMA kelas 3 Jilid
1, Cet.1 ; Jakarta : Erlangga, 2004
Rahardja,
Pratama. Inflasi: Efek dan Kebijakannya Jilid 1, Cet.1 ; Jakarta : Rineka
Cipta, 2003
[1] Syarifuddin
Mahmud, Ekonomi untuk SMA kelas 3 Jilid
1, (Cet.1 ; Jakarta : Erlangga, 2004), h.35
[2] Sumitro
Kusumo, Dunia Ekonomi Kita, (Cet.3 ; Yogjakarta
: Kanisius, 1999), h. 45
[3] Syarifuddin,
Op.cit, h. 43
[4] Ibid
[5] Pratama
Rahardja, Inflasi: Efek dan Kebijakannya Jilid
1, (Cet.1 ; Jakarta : Rineka Cipta, 2003), h. 37
[6] Sumitno,Op.cit,
h. 47
[7] Ibid,h.
48
[8] Syarifuddin,
Lot.cit
[9] Pratama,
Op.cit, h.45
[10] Ibid
[11] Sumitno,
Lot.cit
[12] Pratama,
Op.cit, h. 47
[13] Ibid,
h.48
Comments
Post a Comment