Iman dan Kufur
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Islam sebagai agama
mempunyai dua dimensi yaitu aqidah atau keyakinan dan sesuatu yang di amalkan
yaitu amaliyah. Amal perbuatan tersebut merupakan perpanjangan dan implementasi
dari aqidah. Islam agama samawi yang bersumber dari Allah SWT yang di wahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW yang berintikan keimanan dan perbuatan. Keimanan dalam
islam merupakan dasar pondasi atas syariat-syariat islam selanjutnya dari
pokok-pokok tersebut muncullah cabang-cabang antara keimanan antara keimanan
dan perbuatanatau aqidah dan syariat
yang keduannya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan atara yang satu
dengan yang lain.
Dengan demikian maka
aspek pokoknya adalah sebuah keyakinan atau keimanan seseorang tentang adanya
Tuhan beserta seluruk kekuasaannya. Alam yang gaib dan kehidupan sesudah mati.
Hal ini karena iman merupakan pondasi dari amalan-amalan perbuatan yang berupa
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang
masalah di atas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah
yang di maksud Iman?
2. Apakah
yang dimaksud Kufur?
3. Bagaimanakah
pendapat
beberapa aliran teologi islam tentang iman dan kufur?
C.
Tujuan
penulisan
Tujuan penulisan
makalah ini ialah bertujuan untuk memahami:
1. Pengertian
Iman.
2. Pengertian
Kufur.
3. Pendapat
beberapa aliran teologi Islam tentang iman dan kufur.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Iman
Jika dilihat dari asal bahasa kata iman berasal dari
bahasa arab yang berarti membenarkan, dan dalam bahasa Indonesia kata iman
berarti percaya yaitu sebuah kepercayaan dalam hati dan membenarkan bahwa
adanya Allah SWT itu benar-benar ada serta membenarkan dan mengamalkan semua
yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan mempercayai Rasul-Rasul sebelumnya.
Iman merupakan inti dasar dari sebuah peribadatan, tanpa adanya keimanan sangat
mustahil seseorang dapat membenarkan adanya Tuhan.
Menurut pendapat-pendapat ulama fiqih bahwa iman
merupakan sebuah Tasdiq di dalam hati hal tersebut yaitu menurut, antara lain:
a) Menurut
Abu Abdullah bin Khafif
Iman adalah sebuah pembenaran hati terhadap sesuatu
yang telah di jelaskan oleh Al Haq (Allah) tentang masalah-masalah yang gaib.
b) Menurut
Abdullah At Tustari
Bahwa iman adalah merupakan kesaksian Al-haq dalam.
Karena jika Allah di pandang dengan penglihatan tanpa pembatas, dan jika dengan
pengetahuan tanpa berakhir.
Dari pendapat para ulama tersebut dapat disimpulkan
bahwa iman merupakan hal yang bersangkutan dengan hati. Semua hal-hal yang gaib
seperti Tuhan, sifat-sifatnya, akhirat, takdir, rejeki, dan sebagainya
merupakan sebuah pembenaran dan kepercayaan hati. Jika dipahami secara mendalam
iman mempunyai hubungan yang sangat erat kaitannya dengan amaliyah-amaliyah
atau perbuatan. Amaliyah-amaliyah atau perbuatan merupakan tolak ukur keimanan
seseorang. Jika seseorang melakukan perbuatan-perbuatan yang menjadikan dirinya
dekat dengan Allah, maka dapat dipastikan bahwa seseorang tersebut beriman
kepada Allah yaitu dengan menjalankan syariat-syariatnya yang dibawakan oleh
Nabi Muhammad SAW.
Dalam pembahasan ilmu kalam konsep iman terbagi
menjadi tiga golongan yaitu :
a) Iman
adalah Tasdiq dalam hati atas wujud Allah dan keberadaan Nabi atau Rasul Allah.
Menurut konsep ini iman dan kufur semata-mata adalah urusan hati, bukan Nampak
dari luar. Jika seseorang membenarkan atau meyakini adanya Allah maka ia dapat
disebut teklah beriman kepada Allah meskipun perbuatannya tidak sesuai dengan
ajaran agama islam. Konsep iman ini banyak dianut oleh mazhab murjiah yang
sebagian besar penganutnya adalah Jahamiyah dan sebagian kecil Asy’ariyah.
Menurut paham diatas bahwa keimanan seseorang tidak
ada sangkut pautnya dengan perbuatan atau amaliyah-amaliyah zahir, dikarenakan
hati adalah sesuatu yang tersembunyi sehingga tidak dapat disangkut pautkan
dengan keadaan yang zhahir.
b) Iman
adalah Tasdiq di dalam hati dan diikrarkan dengan lidah. Dengan demikian
seseorang dapat digolongkan beriman apabila mempercayai dalam hati keberadaan
Allah dan mengikrarkan (mengucapkan) dengan lidah. Disini antara keimanan dan
perbuatan manusia tidak ada hubungannya. Yang terpenting dalam iman adalah
Tasdiq dalam hati dan diikrarkan dengan lisan konsep ini dianut oleh sebagian
pengikut Mahmudiyah.
c) Iman
adalah Tasdiq dalam hati dan diikrarkan dengan lisan serta dibuktikan dengan
perbuatan. Disini diterangkan bahwa antara iman dan perbuatan terdapat
keterkaitan karena keimanan seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya
konsep iman ini dianut oleh Mu’tazilah dan Khawarij.
Agama islam adalah agama yang
mengajarkan pemeluknya untuk berbuat amal shaleh dan menjauhi larangan-Nya.
Oleh sebab itu seseorang dianggap telah sempurna imannya apabila betul-betul
telah diyakini dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan
perbuatan. Menyangkut tentang ciri keimanan seseorang kita dapat melihat dari
tasdiq dan perilakunya.
Manusia mempunyai sifat
lahiriyah, sifat inilah yang menjadi ukuran bagi kita untuk melihat keimanan
seseorang. Sifat-sifat yang dapat dilihat melalui tindak-tanduk manusia sama
ada perkataan atau perbuatan adalah menjadi tanda iman yang menjadi ukuran
kita. Adapun segala apa yang tersirat dihatinya adalah terserah kepada Allah SWT.
B.
Pengertian
Kufur
Kufur sering diantagoniskan sebagai
kedaan yang bertolak belakang dengan iman. Adapun yang dimaksud kufur dalam
pembahasan ini adalah keadaan tidak percaya/tidak beriman kapada Allah SWT.
Maka orang yang kufur/kafir adalah orang yang tidak percaya/tidak beriman
kepada Allah baik orang tersebut bertuhan selain Allah maupun tidak bertuhan,
seperti paham komunis (ateis).
Kufur
ialah mengingkari Tauhid, Kenabian, Ma'ad, atau ragu terhadap
kejadiannya, atau mengingkari pesan dan hukum para nabi yang sudah diketahui
kedatangannya dari sisi Allah SWT. Ciri dari kekufuran adalah mengingkari
secara terang-terangan terhadap suatu hukum Allah SWT yang mereka tahu tentang
kebenarannya dan mereka memiliki tekad untuk memerangi agama yang hak. Dari sinilah
syirik (mengingkari tauhid) termasuk salah satu ciri konkret dari kekufuran.
Oleh karena itu orang-orang kufur/kafir sangatlah
dimurkai oleh Allah SWT karena mereka tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan
yang telah digariskan oleh Allah. Adapun kufur/kafir sangatlah erat kaitannya
atau hubungannya dengan keadaan-keadaan yang menyesatkan seperti syirik, nifak,
murtad, tidak mau bersyukur kepada Allah SWT, dan lain sebagainya.
Adapun pendapat lain mengenai definisi kufur yaitu
adalah kufur secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara’ kufur
adalah tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau
tidak mendustakannya.
C. Aliran Teologi tentang Iman dan Kufur
a)
Khawarij
Agenda persoalan yang pertama-tama timbul adalah
masalah iman dan kufur. Persoalan itu dimunculkan pertama kali oleh kaum
Khawarij, menurut mereka, Karena ‘Ali dan Mu‘awiyah beserta para pendukungnya
telah melakukan tahkim, berarti mereka telah berbuat dosa besar. Masalah pelaku
dosa besar (Murtakib al-Kabāir) inilah yang berkaitan langsung dengan
iman dan kufur.Sebagaimana diketahui bahwa iman itu terdiri dari tiga unsur
pokok yaitu pembenaran oleh hati, pengakuan dengan lisan dan perbuatan dengan
badan, jika perbuatan ses tidak cocok dengan iman, maka ia dianggap kafir
(keluar dari Islam). Oleh karena itu, Fazlur Rahman dalam bukunya mengatakan
bahwa bagi kaum Khawarij, perbuatan merupakan bagian inti dari iman.
Menurut kaum Khawarij, iman bukan hanya membenarkan
dalam hati dan ikrar lisan saja, tetapi amal ibadah menjadi bagian dari iman.
Barang siapa tidak mengamalkan ibadah seperti shalat, puasa, zakat dan
lain-lain, maka kafirlah dia.
Sehubungan dengan pelaku dosa besar, kaum Khawarij
berpendapat bahwa pelaku dosa besar adalah kafir, dalam arti telah keluar
dari Islam (murtad). Adapun yang dipandang dosa besar antara lain
berbuat zina, membunuh manusia tanpa sebab yang sah dan orang Islam yang tidak
menganut ajarannya, karena ia kafir maka wajib dibunuh.
b)
Murji'ah
Adapun iman menurut kaum Murji'ah, terdapat dua
versi dalam hal ini, yaitu iman dalam pandangan kaum Murjiah ekstrim dan iman
menurut kaum Murjiah moderat. Murjiah ekstrim berpandangan bahwa iman itu
adalah al-Tasdiq, hanya dalam hati saja. Adapun ucapan dan perbuatan
tidak selamanya menggambarkan apa yang ada dalam qalbu. Oleh karena itu
segala ucapan dan perbuatan seseorang yang menyimpang dari kaidah agama tidak
berarti menggeser atau merusak keimanannya, bahkan keimannya masih sempurna
dalam pandangan Tuhan.
Sementara Murjiah moderat berpendapat bahwa iman
bukan sekedar keyakinan dalam hati (al-Tasdiq) tapi juga harus diucapkan
(al-Iqrar). Adapun pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir, meskipun
disiksa di neraka ia tidak akan kekal di dalamnya tetapi ia akan dihukum sesuai
dengan besarnya dosa yang dilakukan dan ada kemungkinan bahwa Tuhan akan
mengampuni dosanya sehingga bebas dari siksa
c)
Muktazilah
Kaum Muktazilah berpendapat bahwa iman itu tidaklah
cukup dengan al-Tasq atau keyakinan saja, bukan pula ma’rifah (pengetahuan),
tetapi sekaligus dengan amal (perbuatan). Tegasnya, iman menurut
Muktazilah ialah melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi segala
kejahatan. Dengan demikian, orang yang meninggalkan perintah atau melakukan
pelanggaran atas perintah Tuhan, khususnya yang berdosa besar, maka ia tidaklah
disebut kafir dan juga tidak disebut mukmin, tapi fasiq. Tidak disebut
kafir karena ia telah dan masih bersyahadat dan tidak pula disebut mukmin
karena ia telah melakukan dosa besar. Karena itu ia berada pada posisi di
antara dua posisi (al-Manzilah bayn al-Manzilatayn).
Orang yang telah melakukan perbuatan dosa besar,
menurut kaum Muktazilah ia tidak mukmin dan tidak kafir. Kalau ia bertaubat
dengan sebenarnya sebelum meninggal, maka dosa besarnya diampuni Tuhan dan
masuk surga, tapi jika ia meninggal sebelum bertaubat dengan sebenar-benarnya
taubat maka dosa besarnya tidak terhapus dan ia masuk neraka untuk
selama-lamanya, karena di hari akhirat itu hanya ada dua kelompok yaitu
penghuni neraka dan penghuni surga, namun siksa yang dikenakan kepadanya lebih
ringan dari siksa yang diderita orang yang kafir.
d)
Asy'ariyah
Asy'ariyah memandang iman itu adalah al-Tasdiq
(pengakuan dan pembenaran) yang merupakan unsur yang paling mendasar.
Sebagaimana al-Asy’ariy mendefinisikan dengan “al-Tasdīq billāh”. Adapun
pernyataan dan perbuatan merupakan buah dari iman. Konsep iman demikian ini
adalah sejalan dengan paham kaum Asy'ariyah sendiri bahwa kewajiban mengetahui
Tuhan tidak dapat ditetapkan kecuali dengan informasi wahyu, untuk itu wahyu
harus diakui kebenarannya. Adapun dosa besar menurut golongan Asy'ariyah tidak
berarti mereka kehilangan imam, jadi mereka bukanlah kafir dan kelak di
akhirat akan masuk neraka tapi tidak kekal di dalamnya. Orang yang
demikian adalah tetap mukmin dan akhirnya akan masuk surga. Hal ini
menggambarkan pula bahwa bagaimana keadaan pelaku dosa besar di akhirat
terserah Allah swt., dengan beberapa kemungkinan: Ia mendapat ampunan dari
Allah dengan rahmat-Nya sehingga pelaku dosa besar itu dimasukkan ke dalam
syurga, Ia mendapat syafaat dari Nabi Muhammad saw., dan Allah memberikan
hukuman kepadanya dengan dimasukkan ke dalam neraka sesuai dengan bobot dosa
besar yang dilakukannya. Kemudian ia dimasukkan ke dalam syurga.
e)
Maturidiyah
Adapun golongan Maturidiyah, sebagaimana yang
dipaparkan oleh al- Bazdawi bahwa iman adalah kepercayaan dalam hati dan
dinyatakan dengan lisan. Kepatuhan terhadap perintah-perintah Tuhan merupakan
akibat dari iman, dan orang yang meninggalkan kepatuhan kepada Tuhan bukanlah
kafir, jadi golongan ini mempunyai faham sama dengan Asy'ariyah. Sedangkan
Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa iman adalah pengakuan dalam hati
berdasarkan sama’ (informasi wahyu) serta penalaran akal secara
bersamaan (ma'rifah).
Adapun pandangan pelaku dosa besar menurut
Maturidiyah, dalam hal ini Maturidiyah Bukhara mempunyai pendapat yang sama
dengan Maturidiyah Samarkand bahwa pelaku dosa besar tetap sebagai mukmin,
mereka tidak akan kekal dalam neraka sungguhpun ia meninggal dunia sebelum
sempat bertaubat dari dosa- dosanya. Nasibnya kelak di akhirat terletak pada
kehendak Allah bisa jadi ia mendapat ampunan dan masuk surga atau ditimpa
musibah terlebih dahulu baru dimasukkan ke dalam syurga. Dengan demikian,
berbuat dosa besar tidaklah membuat seseorang menjadi kafir, ia tetap beriman.
Hal ini tentu sejalan dengan konsep al-Maturidiy bahwa iman adalah iqrār wa
Tasdiq sehingga iman itu la yazidu wa la yanqusu (tidak bertambah
dan tidak berkurang). Sehingga dengan demikian iman di dalam hati tidak akan
berpengaruh oleh perbuatan yang bertempat di badan, yang berarti iman di hati
tidaka akan hilang karena badan melakukan dosa besar, karena antara iman dan
perbuatan tempatnya berbeda sehingga satu sama lain tidak saling
mempengaruhi.
D. Perbandingan
Iman dan Kufur
Dalam
agama islam, adanya kepercayaan harus mendorong pemeluknya dengan keyakinan dan
kesadarannya untuk berbuat baik dan menjauhi larangan Tuhan oleh sebab itu,
seseorang baru dianggap sempurna imannya apabila betul – betul telah di
yakinkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan. Artinya dengan keimanan yang ada pada diri manusia pastilah mereka
akan berusaha untuk membangun amal saleh berdasarkan dengan apa yang telah di
contohkan atau diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan
kufur adalah orang yang mengingkari Tauhid, Kenabian, Ma'ad, atau ragu
terhadap kejadiannya, atau mengingkari pesan dan hukum para nabi yang sudah
diketahui kedatangannya dari sisi Allah SWT. Artinya bahwa kufur memanglah
sifat yang bertentangan dengan iman, karena dengan mempercayainya adalah
beriman sedangkan dengan mengingkarinya adalah kufur.
Menurut
Al Wasithi perbandingan antara iman dan kufur ibarat dunia dan akhirat,
maksudnya perbandingan iman dan kufur ibarat dinia dan akhirat adalah bahwa
keadaan iman sangat berbeda dengan kufur sebab iman merupakan sesuatu yang
diperintahkan Allah kepada manusia sedangkan kufur merupakan sesuatu yang
dilarang Allah dan harus dijauhi. Iman merupakan kenikmatan akhirat walaupun
didunia cenderung sengsara, sebaliknya kufur menganggap dunia adalah surganya
walaupun tidak semua orang kufur merasakan kenikmatannya namun mereka sama saja
yaitu tidak percaya adanya akhirat dalam ilmu kalam perbandingan tentang iman
dan kufur berlawanan arti dan perbuatan jika iman adalah percaya atau
membenarkan adanya tuhan beserta seluruh Kekuasaannya., maka kufur merupakan
arti yang sebaliknya yang tidak percaya atau membenarkan adanya Tuhan.
Orang
kafir selalu melakukan bantahan ketentuan syariat Allah. Mereka selalu berdaya
upaya agar islam dan kepercayaannya lenyap dari permukaan bumi. Hal ini terjadi
karena keadaan hati yang rusak yang tidak mau menerima kebenaran Allah dan
ketentuannya. Dalam dirimanusia yang tidak terdapat iman sehingga dapat
mengakibatkan kekufuran, dengan demikian kufur merupakan keadaan dimana
seseorang tidak mengikuti ketentuan-ketentuan syariat yang telah digariskan
Allah.oleh sebab itu kufur memiliki hubungan dengan syirik, nifak, murtad, dan
tidak bersukur.
a. Syirik
Syirik adalah perbuatan hati yang menduakan Allah
atau menyekutukannya sekalipun orang tersebut mempercayai adanya Allah SWT.
Karena mencampur adukkan kepercayaan terhadap Allah dengan kepercayaan yang
lain yang dianggapnya sebagai Tuhan. Dan tidak sepenuhnya mempercayai ke-Esaan
dank e- Mahakuasaan Allah SWT. Kemusyrikan dalam aqidah islam tidak dapat
dibenarkan karena sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran pokok islam, sebab
itulah orang yang melakukan kemusyrikan akan mendapat dosa yang paling besar yang
tidak terampuni. Ada dua hal dalam dalam syirik, yang pertama syirik dinyatakan sebagai salah satu dari tujuh hal yang
membinasakan manusia, sebab syirik menghancurkan iman seseorang kedalam jurang
api neraka. Kedua syirik di tempatkan
pada uruta yang pertama, penempatan ini dapat diartikan bahwa masalah syirik
mendapat perhatian serius dari setiap muslim melebihi dari tindakan – tindakan
lainnya.
b. Nifak
Nifak
adalah perbuatan yang lahir dan bathinnya tidak sama. Secara lahiriyah beragama
islam namun jiwanya dan bathinya tidak beriman. Orang-orang seperti ini biasa
disebut dengan munafik, munafik adalah orang yang berbuat nifak. Tidak lahmudah
mengetahui orang yang munafik sebab tindakan orang-orang munafik tidak
menampakkan sebenarnya secara terbuka melainkan secara sembunyi-sembunyi,
ibarat musuh adalah musuh dalam selimut.
Orang
munafik suka memanfaatkan segala situasi untuk menghancurkan islam dari dalam,
oleh sebab itu untuk mengetahui apakah seseorang itu munafik atau tidak kita
dapat mengamatinya secara jeli sikap dan perbuatannya yang merugikan atau
bertentangan dengan ajaran agama islam, baik dari segi agama moral sikap.
Perbuatan munafik dipandang sangat hina. Itulah sebabnya Allah SWT akan
menghukum perbuatan mereka dengan dimasukkan ke dalam dasar neraka
c. Murtad
Murtad adalah seseorang yang pindah agama yaitu dari
agama islam keagama lain, murtad juga merupakan dosa yang sangat besar, karena
keimanan kepada Allah SWT telah hilang sehingga ia memilih alternative lain
yaitu dengan berpindah agama, murtad salah satu bentuk tidak percayaan atas
segala bentuk apapun yang telah diturunkan oleh Allah. Sebab yang melatar
belakangi seseorang yang murtad adalah keimanan, kemiskinan, dan lain-lain.
Ketika keyakinan dan keimanan tidak kuat serta didorong dengan kemiskinan
dengan mempertimbangkan agama islam dengan agama lain. Yang mendorong mendorong
seseorang murtad dikarenakan tidak teguhnya pendirian terhadap keyakinanya.
d. Tidak
Bersyukur
Sifat
ini sangatlah dimurkai oleh Allah seseorang yang tidak bersyukur adalah
termasuk orang-orang yang kufur. Ketidak puasan atas rezeki dan nikmat Allah
yang telah diberikan kepadanya, selalu mengeluh atas kekurangannya. Tidak
bersyukur disebut juga dengan kufur nikmat.
Sifat sifat diatas hendaklah kita jauhi sebab
apabila sifat diatas melekat pada diri kita, maka kita akan tergolong
orang-orang yang kufur. Dengan penuh keimanan kita harus berpegang teguh kepada
hokum Allah dan senantiasa menjauhi sifat sifat diatas. Adapun kami sedikit
memberikan contoh tentang perbandingan iman dan kufur :
a. Rubbubiyyah
adalah sifat mentauhidkan Allah SWT dan beri’tikad bahwa Allah SWT adalah Tuhan
yang menciptakan alam, member, memilikinya, segala-galanya di bawah
pengetahuan, kehendak dan kebijaksanaanNya yang tidak terhingga. Dengan mengingkari
bahawa makhluk itu ciptaan Allah swt, menganggap Allah tidak mengambil tahu
terhadap makhluk setelah dijadikanNya, menganggap adanya rezeki yang bukan dari
Allah swt, dan menganggap sifat itu dipunyai juga oleh yang lain daripada Allah
swt seperti yang dilakukan oleh fir’aun maka adalah orang-orangyang kufur .
b. Iman
kepada Asma’ Allah dan sifat-sifatNya yaitu mempercayai Asma’ Allah dan
sifat-sifatNya seperti apa yang telah dinyatakan oleh Rasulullah. Sedangkan
kufur adalah menafikan Asma’ Allah dan sifat-sifatNya. Adapun mengkafirkan
sifat-sifat Allah dan Asma’Nya itu dengan dua cara, Yaitu kafir Nafi dan kafir
Ithbat.
1. Kafir
Nafi adalah Menafikan dan mengengkari mana-mana sifat Allah seperti ilmu-Nya,
qudrat-Nya dll atau mentakrifkan mana-mana sifat Allah dengan takrifan yang
kurang sempurna seperti menyamakan ilmu Allah dengan ilmu makhluk (terhad) dan
mempertikaikan hak dan kekuasaan Allah seperti tidak merujuk kepada perintah
dan larangan Allah dalam menggubal undang-undang.
2. Kafir
Isbat adalah Menetapkan mana-mana sifat kekurangan atau mustahil bagi Allah
sedangkan Al-Quran dan Hadith menafikannya seperti mengatakan Allah mempunyai
anak dan isteri serta mengadakan peraturan sendiri yang bersandar dengan yang
telah ditetapkan oleh Allah.
3. Iman
kepada sifat Uluhiyah adalah mempercayai dan berniat, perbuatan-perbuatan yang
mempercayai Allah sebagai Zat yang penuh kasih, takut, dll serta tidak
menyekutukan ibadah kepadaNya dan menerima segala hokum-nya. Dengan yakin dan
redha. Inilah dasar yang memisahkan antara mukmin dan kafir kerana ramai
manusia mempercayai sifat Rubbubiyyah Allah tetapi mengengkari sifat Uluhiyyah
Allah.
4. Setiap
iktikad, perkataan dan tindak-tanduk yang mengengkari dan mencela peribadi dan
kerasulan Rasulullah serta apa yang disampaikannya mereka ini adalah termasuk
orang-orang kafir. Sedangkan orang-orang yang beriman selalu berbuat dan lain
sebagainya sesuai dengan disampaikan oleh Rasulullah SAW.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Dari beberpa pemaparan diatas, serta
segala penjelasan-penjelasan, yang kami dapat mengambil kesimpulan, yaitu iman
merupakan suatu bentuk urusan hati yang mendorong seseorang untuk melakukan
amaliah-amaliah serta iman merupakan dasar atau pondasi seseorang untuk dapat
dekat dengan Allah. Dan sebaliknya kufur adalah merupakan sesuatu yang sangat
dimurkai oleh Allah. Kufur juga merupakan ketidak percayaan terhadap Allah AWT
beserta segala Kekuasaan-Nya. Sehingga kufur merupakan suatu bentuk urusan hati
yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
tercela.
Saran
Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan maka untuk itu
kami sangat membutuhkan masukan, dan kritikan konstruktif demi sempurnya
makalah ini
DAFTAR
PUSTAKA
A. Hanafi, Pengantar Teologi Islam, Jakarta : PT. Al Husna Zikra, 1995
Harun Nasution, Islam: di tinjau dari berbagai aspeknya Jakarta : UI Pres, 1986
——————, Teologi Islam : aliran-aliran, sejarah analisa perbandingannya Jakarta : UI Press, 2005
Comments
Post a Comment