Iman dan Kufur


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Islam sebagai agama mempunyai dua dimensi yaitu aqidah atau keyakinan dan sesuatu yang di amalkan yaitu amaliyah. Amal perbuatan tersebut merupakan perpanjangan dan implementasi dari aqidah. Islam agama samawi yang bersumber dari Allah SWT yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang berintikan keimanan dan perbuatan. Keimanan dalam islam merupakan dasar pondasi atas syariat-syariat islam selanjutnya dari pokok-pokok tersebut muncullah cabang-cabang antara keimanan antara keimanan dan perbuatanatau  aqidah dan syariat yang keduannya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan atara yang satu dengan yang lain.
Dengan demikian maka aspek pokoknya adalah sebuah keyakinan atau keimanan seseorang tentang adanya Tuhan beserta seluruk kekuasaannya. Alam yang gaib dan kehidupan sesudah mati. Hal ini karena iman merupakan pondasi dari amalan-amalan perbuatan yang berupa peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.


B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah yang di maksud Iman?
2.      Apakah yang dimaksud Kufur?
3.      Bagaimanakah pendapat beberapa aliran teologi islam tentang iman dan kufur?
C.    Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini ialah bertujuan untuk memahami:
1.      Pengertian Iman.
2.      Pengertian Kufur.
3.      Pendapat beberapa aliran teologi Islam tentang iman dan kufur.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Iman
Jika dilihat dari asal bahasa kata iman berasal dari bahasa arab yang berarti membenarkan, dan dalam bahasa Indonesia kata iman berarti percaya yaitu sebuah kepercayaan dalam hati dan membenarkan bahwa adanya Allah SWT itu benar-benar ada serta membenarkan dan mengamalkan semua yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan mempercayai Rasul-Rasul sebelumnya. Iman merupakan inti dasar dari sebuah peribadatan, tanpa adanya keimanan sangat mustahil seseorang dapat membenarkan adanya Tuhan.
Menurut pendapat-pendapat ulama fiqih bahwa iman merupakan sebuah Tasdiq di dalam hati hal tersebut yaitu menurut, antara lain:
a)      Menurut Abu Abdullah bin Khafif
Iman adalah sebuah pembenaran hati terhadap sesuatu yang telah di jelaskan oleh Al Haq (Allah) tentang masalah-masalah yang gaib.
b)      Menurut Abdullah At Tustari
Bahwa iman adalah merupakan kesaksian Al-haq dalam. Karena jika Allah di pandang dengan penglihatan tanpa pembatas, dan jika dengan pengetahuan tanpa berakhir.
Dari pendapat para ulama tersebut dapat disimpulkan bahwa iman merupakan hal yang bersangkutan dengan hati. Semua hal-hal yang gaib seperti Tuhan, sifat-sifatnya, akhirat, takdir, rejeki, dan sebagainya merupakan sebuah pembenaran dan kepercayaan hati. Jika dipahami secara mendalam iman mempunyai hubungan yang sangat erat kaitannya dengan amaliyah-amaliyah atau perbuatan. Amaliyah-amaliyah atau perbuatan merupakan tolak ukur keimanan seseorang. Jika seseorang melakukan perbuatan-perbuatan yang menjadikan dirinya dekat dengan Allah, maka dapat dipastikan bahwa seseorang tersebut beriman kepada Allah yaitu dengan menjalankan syariat-syariatnya yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dalam pembahasan ilmu kalam konsep iman terbagi menjadi tiga golongan yaitu :
a)    Iman adalah Tasdiq dalam hati atas wujud Allah dan keberadaan Nabi atau Rasul Allah. Menurut konsep ini iman dan kufur semata-mata adalah urusan hati, bukan Nampak dari luar. Jika seseorang membenarkan atau meyakini adanya Allah maka ia dapat disebut teklah beriman kepada Allah meskipun perbuatannya tidak sesuai dengan ajaran agama islam. Konsep iman ini banyak dianut oleh mazhab murjiah yang sebagian besar penganutnya adalah Jahamiyah dan sebagian kecil Asy’ariyah.
Menurut paham diatas bahwa keimanan seseorang tidak ada sangkut pautnya dengan perbuatan atau amaliyah-amaliyah zahir, dikarenakan hati adalah sesuatu yang tersembunyi sehingga tidak dapat disangkut pautkan dengan keadaan yang zhahir.
b)    Iman adalah Tasdiq di dalam hati dan diikrarkan dengan lidah. Dengan demikian seseorang dapat digolongkan beriman apabila mempercayai dalam hati keberadaan Allah dan mengikrarkan (mengucapkan) dengan lidah. Disini antara keimanan dan perbuatan manusia tidak ada hubungannya. Yang terpenting dalam iman adalah Tasdiq dalam hati dan diikrarkan dengan lisan konsep ini dianut oleh sebagian pengikut Mahmudiyah.
c)    Iman adalah Tasdiq dalam hati dan diikrarkan dengan lisan serta dibuktikan dengan perbuatan. Disini diterangkan bahwa antara iman dan perbuatan terdapat keterkaitan karena keimanan seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya konsep iman ini dianut oleh Mu’tazilah dan Khawarij.
Agama islam adalah agama yang mengajarkan pemeluknya untuk berbuat amal shaleh dan menjauhi larangan-Nya. Oleh sebab itu seseorang dianggap telah sempurna imannya apabila betul-betul telah diyakini dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan. Menyangkut tentang ciri keimanan seseorang kita dapat melihat dari tasdiq dan perilakunya.
Manusia mempunyai sifat lahiriyah, sifat inilah yang menjadi ukuran bagi kita untuk melihat keimanan seseorang. Sifat-sifat yang dapat dilihat melalui tindak-tanduk manusia sama ada perkataan atau perbuatan adalah menjadi tanda iman yang menjadi ukuran kita. Adapun segala apa yang tersirat dihatinya adalah terserah kepada Allah SWT.
B.     Pengertian Kufur
Kufur sering diantagoniskan sebagai kedaan yang bertolak belakang dengan iman. Adapun yang dimaksud kufur dalam pembahasan ini adalah keadaan tidak percaya/tidak beriman kapada Allah SWT. Maka orang yang kufur/kafir adalah orang yang tidak percaya/tidak beriman kepada Allah baik orang tersebut bertuhan selain Allah maupun tidak bertuhan, seperti paham komunis (ateis).
Kufur ialah mengingkari Tauhid, Kenabian, Ma'ad, atau ragu terhadap kejadiannya, atau mengingkari pesan dan hukum para nabi yang sudah diketahui kedatangannya dari sisi Allah SWT. Ciri dari kekufuran adalah mengingkari secara terang-terangan terhadap suatu hukum Allah SWT yang mereka tahu tentang kebenarannya dan mereka memiliki tekad untuk memerangi agama yang hak. Dari sinilah syirik (mengingkari tauhid) termasuk salah satu ciri konkret dari kekufuran.
Oleh karena itu orang-orang kufur/kafir sangatlah dimurkai oleh Allah SWT karena mereka tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah. Adapun kufur/kafir sangatlah erat kaitannya atau hubungannya dengan keadaan-keadaan yang menyesatkan seperti syirik, nifak, murtad, tidak mau bersyukur kepada Allah SWT, dan lain sebagainya.
Adapun pendapat lain mengenai definisi kufur yaitu adalah kufur secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara’ kufur adalah tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya.

C.    Aliran Teologi tentang Iman dan Kufur

a)      Khawarij
Agenda persoalan yang pertama-tama timbul adalah masalah iman dan kufur. Persoalan itu dimunculkan pertama kali oleh kaum Khawarij, menurut mereka, Karena ‘Ali dan Mu‘awiyah beserta para pendukungnya telah melakukan tahkim, berarti mereka telah berbuat dosa besar. Masalah pelaku dosa besar (Murtakib al-Kabāir) inilah yang berkaitan langsung dengan iman dan kufur.Sebagaimana diketahui bahwa iman itu terdiri dari tiga unsur pokok yaitu pembenaran oleh hati, pengakuan dengan lisan dan perbuatan dengan badan, jika perbuatan ses tidak cocok dengan iman, maka ia dianggap kafir (keluar dari Islam). Oleh karena itu, Fazlur Rahman dalam bukunya mengatakan bahwa bagi kaum Khawarij, perbuatan merupakan bagian inti dari iman.
Menurut kaum Khawarij, iman bukan hanya membenarkan dalam hati dan ikrar lisan saja, tetapi amal ibadah menjadi bagian dari iman. Barang siapa tidak mengamalkan ibadah seperti shalat, puasa, zakat dan lain-lain, maka kafirlah dia.
Sehubungan dengan pelaku dosa besar, kaum Khawarij  berpendapat bahwa pelaku dosa besar adalah kafir, dalam arti telah keluar dari Islam (murtad). Adapun yang dipandang dosa besar antara lain berbuat zina, membunuh manusia tanpa sebab yang sah dan orang Islam yang tidak menganut ajarannya, karena ia kafir maka wajib dibunuh.
b)     Murji'ah
Adapun iman menurut kaum Murji'ah, terdapat dua versi dalam hal ini, yaitu iman dalam pandangan kaum Murjiah ekstrim dan iman menurut kaum Murjiah moderat. Murjiah ekstrim berpandangan bahwa iman itu adalah al-Tasdiq, hanya dalam hati saja. Adapun ucapan dan perbuatan tidak selamanya menggambarkan apa yang ada dalam qalbu. Oleh karena itu segala ucapan dan perbuatan seseorang yang menyimpang dari kaidah agama tidak berarti menggeser atau merusak keimanannya, bahkan keimannya masih sempurna dalam pandangan Tuhan.
Sementara Murjiah moderat berpendapat bahwa iman bukan sekedar keyakinan dalam hati (al-Tasdiq) tapi juga harus diucapkan (al-Iqrar). Adapun pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir, meskipun disiksa di neraka ia tidak akan kekal di dalamnya tetapi ia akan dihukum sesuai dengan besarnya dosa yang dilakukan dan ada kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya sehingga bebas dari siksa
c)      Muktazilah
Kaum Muktazilah berpendapat bahwa iman itu tidaklah cukup dengan al-Tasq atau keyakinan saja, bukan pula ma’rifah (pengetahuan), tetapi sekaligus dengan amal (perbuatan). Tegasnya, iman menurut  Muktazilah ialah melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi segala kejahatan. Dengan demikian, orang yang meninggalkan perintah atau melakukan pelanggaran atas perintah Tuhan, khususnya yang berdosa besar, maka ia tidaklah disebut kafir dan juga tidak disebut mukmin, tapi fasiq. Tidak disebut kafir karena ia telah dan masih bersyahadat dan tidak pula disebut mukmin karena ia telah melakukan dosa besar. Karena itu ia berada pada posisi di antara dua posisi (al-Manzilah bayn al-Manzilatayn).
Orang yang telah melakukan perbuatan dosa besar, menurut kaum Muktazilah ia tidak mukmin dan tidak kafir. Kalau ia bertaubat dengan sebenarnya sebelum meninggal, maka dosa besarnya diampuni Tuhan dan masuk surga, tapi jika ia meninggal sebelum bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat maka dosa besarnya tidak terhapus dan ia masuk neraka untuk selama-lamanya, karena di hari akhirat itu hanya ada dua kelompok yaitu penghuni neraka dan penghuni surga, namun siksa yang dikenakan kepadanya lebih ringan dari siksa yang diderita orang yang kafir.
d)     Asy'ariyah
Asy'ariyah memandang iman itu adalah al-Tasdiq (pengakuan dan pembenaran) yang merupakan unsur yang paling mendasar. Sebagaimana al-Asy’ariy mendefinisikan dengan “al-Tasdīq billāh”. Adapun pernyataan dan perbuatan merupakan buah dari iman. Konsep iman demikian ini adalah sejalan dengan paham kaum Asy'ariyah sendiri bahwa kewajiban mengetahui Tuhan tidak dapat ditetapkan kecuali dengan informasi wahyu, untuk itu wahyu harus diakui kebenarannya. Adapun dosa besar menurut golongan Asy'ariyah tidak berarti mereka kehilangan imam, jadi mereka bukanlah kafir dan kelak di akhirat  akan masuk neraka tapi tidak kekal di dalamnya. Orang yang demikian adalah tetap mukmin dan akhirnya akan masuk surga. Hal ini menggambarkan pula bahwa bagaimana keadaan pelaku dosa besar di akhirat terserah Allah swt., dengan beberapa kemungkinan: Ia mendapat ampunan dari Allah dengan rahmat-Nya sehingga pelaku dosa besar itu dimasukkan ke dalam syurga, Ia mendapat syafaat dari Nabi Muhammad saw., dan Allah memberikan hukuman kepadanya dengan dimasukkan ke dalam neraka sesuai dengan bobot dosa besar yang dilakukannya. Kemudian ia dimasukkan ke dalam syurga.
e)      Maturidiyah
Adapun golongan Maturidiyah, sebagaimana yang dipaparkan oleh al- Bazdawi bahwa iman adalah kepercayaan dalam hati dan dinyatakan dengan lisan. Kepatuhan terhadap perintah-perintah Tuhan merupakan akibat dari iman, dan orang yang meninggalkan kepatuhan kepada Tuhan bukanlah kafir, jadi golongan ini mempunyai faham sama dengan Asy'ariyah. Sedangkan Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa iman adalah pengakuan dalam hati berdasarkan sama’ (informasi wahyu) serta penalaran akal secara bersamaan (ma'rifah).
Adapun pandangan pelaku dosa besar menurut Maturidiyah, dalam hal ini Maturidiyah Bukhara mempunyai pendapat yang sama dengan Maturidiyah Samarkand bahwa pelaku dosa besar tetap sebagai mukmin, mereka tidak akan kekal dalam neraka sungguhpun ia meninggal dunia sebelum sempat bertaubat dari dosa- dosanya. Nasibnya kelak di akhirat terletak pada kehendak Allah bisa jadi ia mendapat ampunan dan masuk surga atau ditimpa musibah terlebih dahulu baru dimasukkan ke dalam syurga. Dengan demikian, berbuat dosa besar tidaklah membuat seseorang menjadi kafir, ia tetap beriman. Hal ini tentu sejalan dengan konsep al-Maturidiy bahwa iman adalah iqrār wa Tasdiq sehingga iman itu la yazidu wa la yanqusu (tidak bertambah dan tidak berkurang). Sehingga dengan demikian iman di dalam hati tidak akan berpengaruh oleh perbuatan yang bertempat di badan, yang berarti iman di hati tidaka akan hilang karena badan melakukan dosa besar, karena antara iman dan perbuatan tempatnya berbeda  sehingga satu sama lain tidak saling mempengaruhi.
D.    Perbandingan Iman dan Kufur
Dalam agama islam, adanya kepercayaan harus mendorong pemeluknya dengan keyakinan dan kesadarannya untuk berbuat baik dan menjauhi larangan Tuhan oleh sebab itu, seseorang baru dianggap sempurna imannya apabila betul – betul telah di yakinkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Artinya dengan keimanan yang ada pada diri manusia pastilah mereka akan berusaha untuk membangun amal saleh berdasarkan dengan apa yang telah di contohkan atau diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan kufur adalah orang yang mengingkari Tauhid, Kenabian, Ma'ad, atau ragu terhadap kejadiannya, atau mengingkari pesan dan hukum para nabi yang sudah diketahui kedatangannya dari sisi Allah SWT. Artinya bahwa kufur memanglah sifat yang bertentangan dengan iman, karena dengan mempercayainya adalah beriman sedangkan dengan mengingkarinya adalah kufur.
Menurut Al Wasithi perbandingan antara iman dan kufur ibarat dunia dan akhirat, maksudnya perbandingan iman dan kufur ibarat dinia dan akhirat adalah bahwa keadaan iman sangat berbeda dengan kufur sebab iman merupakan sesuatu yang diperintahkan Allah kepada manusia sedangkan kufur merupakan sesuatu yang dilarang Allah dan harus dijauhi. Iman merupakan kenikmatan akhirat walaupun didunia cenderung sengsara, sebaliknya kufur menganggap dunia adalah surganya walaupun tidak semua orang kufur merasakan kenikmatannya namun mereka sama saja yaitu tidak percaya adanya akhirat dalam ilmu kalam perbandingan tentang iman dan kufur berlawanan arti dan perbuatan jika iman adalah percaya atau membenarkan adanya tuhan beserta seluruh Kekuasaannya., maka kufur merupakan arti yang sebaliknya yang tidak percaya atau membenarkan adanya Tuhan.
Orang kafir selalu melakukan bantahan ketentuan syariat Allah. Mereka selalu berdaya upaya agar islam dan kepercayaannya lenyap dari permukaan bumi. Hal ini terjadi karena keadaan hati yang rusak yang tidak mau menerima kebenaran Allah dan ketentuannya. Dalam dirimanusia yang tidak terdapat iman sehingga dapat mengakibatkan kekufuran, dengan demikian kufur merupakan keadaan dimana seseorang tidak mengikuti ketentuan-ketentuan syariat yang telah digariskan Allah.oleh sebab itu kufur memiliki hubungan dengan syirik, nifak, murtad, dan tidak bersukur.
a.        Syirik
Syirik adalah perbuatan hati yang menduakan Allah atau menyekutukannya sekalipun orang tersebut mempercayai adanya Allah SWT. Karena mencampur adukkan kepercayaan terhadap Allah dengan kepercayaan yang lain yang dianggapnya sebagai Tuhan. Dan tidak sepenuhnya mempercayai ke-Esaan dank e- Mahakuasaan Allah SWT. Kemusyrikan dalam aqidah islam tidak dapat dibenarkan karena sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran pokok islam, sebab itulah orang yang melakukan kemusyrikan akan mendapat dosa yang paling besar yang tidak terampuni. Ada dua hal dalam dalam syirik, yang pertama syirik dinyatakan sebagai salah satu dari tujuh hal yang membinasakan manusia, sebab syirik menghancurkan iman seseorang kedalam jurang api neraka. Kedua syirik di tempatkan pada uruta yang pertama, penempatan ini dapat diartikan bahwa masalah syirik mendapat perhatian serius dari setiap muslim melebihi dari tindakan – tindakan lainnya.
b.      Nifak
Nifak adalah perbuatan yang lahir dan bathinnya tidak sama. Secara lahiriyah beragama islam namun jiwanya dan bathinya tidak beriman. Orang-orang seperti ini biasa disebut dengan munafik, munafik adalah orang yang berbuat nifak. Tidak lahmudah mengetahui orang yang munafik sebab tindakan orang-orang munafik tidak menampakkan sebenarnya secara terbuka melainkan secara sembunyi-sembunyi, ibarat musuh adalah musuh dalam selimut.
Orang munafik suka memanfaatkan segala situasi untuk menghancurkan islam dari dalam, oleh sebab itu untuk mengetahui apakah seseorang itu munafik atau tidak kita dapat mengamatinya secara jeli sikap dan perbuatannya yang merugikan atau bertentangan dengan ajaran agama islam, baik dari segi agama moral sikap. Perbuatan munafik dipandang sangat hina. Itulah sebabnya Allah SWT akan menghukum perbuatan mereka dengan dimasukkan ke dalam dasar neraka
c.       Murtad
Murtad adalah seseorang yang pindah agama yaitu dari agama islam keagama lain, murtad juga merupakan dosa yang sangat besar, karena keimanan kepada Allah SWT telah hilang sehingga ia memilih alternative lain yaitu dengan berpindah agama, murtad salah satu bentuk tidak percayaan atas segala bentuk apapun yang telah diturunkan oleh Allah. Sebab yang melatar belakangi seseorang yang murtad adalah keimanan, kemiskinan, dan lain-lain. Ketika keyakinan dan keimanan tidak kuat serta didorong dengan kemiskinan dengan mempertimbangkan agama islam dengan agama lain. Yang mendorong mendorong seseorang murtad dikarenakan tidak teguhnya pendirian terhadap keyakinanya.
d.      Tidak Bersyukur
Sifat ini sangatlah dimurkai oleh Allah seseorang yang tidak bersyukur adalah termasuk orang-orang yang kufur. Ketidak puasan atas rezeki dan nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya, selalu mengeluh atas kekurangannya. Tidak bersyukur disebut juga dengan kufur nikmat.
Sifat sifat diatas hendaklah kita jauhi sebab apabila sifat diatas melekat pada diri kita, maka kita akan tergolong orang-orang yang kufur. Dengan penuh keimanan kita harus berpegang teguh kepada hokum Allah dan senantiasa menjauhi sifat sifat diatas. Adapun kami sedikit memberikan contoh tentang perbandingan iman dan kufur :
a.       Rubbubiyyah adalah sifat mentauhidkan Allah SWT dan beri’tikad bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang menciptakan alam, member, memilikinya, segala-galanya di bawah pengetahuan, kehendak dan kebijaksanaanNya yang tidak terhingga. Dengan mengingkari bahawa makhluk itu ciptaan Allah swt, menganggap Allah tidak mengambil tahu terhadap makhluk setelah dijadikanNya, menganggap adanya rezeki yang bukan dari Allah swt, dan menganggap sifat itu dipunyai juga oleh yang lain daripada Allah swt seperti yang dilakukan oleh fir’aun maka adalah orang-orangyang kufur .
b.      Iman kepada Asma’ Allah dan sifat-sifatNya yaitu mempercayai Asma’ Allah dan sifat-sifatNya seperti apa yang telah dinyatakan oleh Rasulullah. Sedangkan kufur adalah menafikan Asma’ Allah dan sifat-sifatNya. Adapun mengkafirkan sifat-sifat Allah dan Asma’Nya itu dengan dua cara, Yaitu kafir Nafi dan kafir Ithbat.
1.      Kafir Nafi adalah Menafikan dan mengengkari mana-mana sifat Allah seperti ilmu-Nya, qudrat-Nya dll atau mentakrifkan mana-mana sifat Allah dengan takrifan yang kurang sempurna seperti menyamakan ilmu Allah dengan ilmu makhluk (terhad) dan mempertikaikan hak dan kekuasaan Allah seperti tidak merujuk kepada perintah dan larangan Allah dalam menggubal undang-undang.
2.      Kafir Isbat adalah Menetapkan mana-mana sifat kekurangan atau mustahil bagi Allah sedangkan Al-Quran dan Hadith menafikannya seperti mengatakan Allah mempunyai anak dan isteri serta mengadakan peraturan sendiri yang bersandar dengan yang telah ditetapkan oleh Allah.
3.      Iman kepada sifat Uluhiyah adalah mempercayai dan berniat, perbuatan-perbuatan yang mempercayai Allah sebagai Zat yang penuh kasih, takut, dll serta tidak menyekutukan ibadah kepadaNya dan menerima segala hokum-nya. Dengan yakin dan redha. Inilah dasar yang memisahkan antara mukmin dan kafir kerana ramai manusia mempercayai sifat Rubbubiyyah Allah tetapi mengengkari sifat Uluhiyyah Allah.
4.      Setiap iktikad, perkataan dan tindak-tanduk yang mengengkari dan mencela peribadi dan kerasulan Rasulullah serta apa yang disampaikannya mereka ini adalah termasuk orang-orang kafir. Sedangkan orang-orang yang beriman selalu berbuat dan lain sebagainya sesuai dengan disampaikan oleh Rasulullah SAW.

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Dari beberpa pemaparan diatas, serta segala penjelasan-penjelasan, yang kami dapat mengambil kesimpulan, yaitu iman merupakan suatu bentuk urusan hati yang mendorong seseorang untuk melakukan amaliah-amaliah serta iman merupakan dasar atau pondasi seseorang untuk dapat dekat dengan Allah. Dan sebaliknya kufur adalah merupakan sesuatu yang sangat dimurkai oleh Allah. Kufur juga merupakan ketidak percayaan terhadap Allah AWT beserta segala Kekuasaan-Nya. Sehingga kufur merupakan suatu bentuk urusan hati yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela.
Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan maka untuk itu kami sangat membutuhkan masukan, dan kritikan konstruktif demi sempurnya makalah ini

DAFTAR PUSTAKA

A. Hanafi, Pengantar Teologi Islam, Jakarta : PT. Al Husna Zikra, 1995

Harun Nasution, Islam: di tinjau dari berbagai aspeknya Jakarta : UI Pres, 1986

——————, Teologi Islam : aliran-aliran, sejarah analisa perbandingannya Jakarta : UI Press, 2005
Nadvi, Muzaffaruddin, Pemikiran Muslim dan Sumbernya, Pustaka : Jakarta,2006

Comments

Popular posts from this blog

Khutbah Jumat Bahasa Bugis

Khutbah Bahasa Bugis

Khutbah Idul Adha Versi Bahasa Bugis